Program: Voice of Islam | Rubrik: HOMESCHOOLING | Narasumber: Ir. Lathifah Musa | Topik: MENGENALKAN SURGA DAN NERAKA
Jalan-jalan ke pasar mencari makanan enak
Jangan lupa cari yang baik dan jelas halalNya
Kenalkan surga pada anak-anak
Agar mereka menyukai kebaikan dan mencintai Rabbnya
Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul
MENGENALKAN SURGA DAN NERAKA
Ustadzah, sejak kapan kita mengenalkan surga dan neraka?
Surga dan neraka memang harus mulai dikenalkan pada anak pada usia dini. Agar anak-anak bisa memiliki motivasi dan harapan tentang perbuatan-perbuatan baik. Pengenalan surga dan neraka juga akan membuat anak semakin mengenal Rabbnya.
Bagaimana cara kita mengenalkan surga dan neraka. Mana yang lebih dahulu? Pengenalan tentang surga dan neraka, adalah pengenalan tentang konsep pahala dan siksa pada anak. Dalam hal ini memang kita harus memahami tahapan-tahapan dan caranya. Karena pada anak usia dini, mereka baru mengenal cinta, kasih sayang dan pelayanan dari orang tuanya, khususnya ibunya. Pendidikan anak usia dini tidak mengedepankan sanksi. Sehingga tahapan pengenalan surga adalah tahap yang paling awal sebelum mengenalkan neraka. Anak-anak menyukai gambaran yang indah, yang menyenangkan. Pengenalan surga sangat mudah dengan pendekatan cinta dan kasih sayang pada anak usia dini. Untuk anak usia dini, mereka harus ditanamkan kecintaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Rasulullah Saw, kecintaan kepada kedua orang tuanya, kecintaan kepada surga sebagai satu bentuk kearunia Allah SWT dan kecintaan kepada Islam dan umat Islam.
Bagaimana cara kita mengenalkan surga?
Untuk anak-anak, lebih mudah bercerita. Dan kita mengenal surga dalam al Qur’anul karim yang datang kepada kita secara pasti bahwa itu dari Allah SWT. Di dalam al Qur’an banyak sekali ayat-ayat tentang surga yang kita jumpai. Misalnya dalam surat ar Rahman. Yang dalam surat itu selain menanamkan kecintaan kepada Allah Yang Maha Penyayang, juga mengenalkan tentang keindahan surga. Selain itu juga ada surat-surat lain dalam al Qur’an. Disampaikan juga kepada siapa surga diberikan. Yaitu kepada orang-orang yang shaleh. Biasanya anak-anak akan memiliki gambaran yang menyenangkan tentang surga. Mereka bertanya apakah ada makanan yang enak-enak, ada mainan-mainan, ada ayunan, ada es krim dll yang mereka sukai. Maka kita biarkan saja imajinasi mereka berkembang tentang surga. Yang jelas, ketika seorang yang shalih masuk surga, maka ia bisa meminta apapun yang indah dan baik kepada Allah SWT. Tentu akan sangat berbeda gambaran surga pada seorang anak, seorang ibu bahkan seorang bapak. Sebagai contoh, bagi seorang ibu, mungkin yang diinginkannya adalah tidur yang nyaman, sehingga gambaran tentang bantal-bantal yang bersusun dan permadani-permadani membuat para ibu yang seringkali kepayahan mengurus rumah tangga dan anak yang masih kecil memikirkan tentang surga. Untuk para bapak atau para bujang mungkin yang terindah adalah bidadari. Apapun, surga itu menyenangkan dan membuat setiap manusia yang shalih dan shalihah sangat berharap memasukinya.
Kapan kita mengenalkan neraka? Kita mengenalkan neraka setelah mengenalkan surga. Tetapi pada anak usia dini hanyalah gambaran yang bersifat umum saja. Bahwa di neraka kita tidak akan menemui sesuatu yang indah dan menyenangkan, jauh berbeda dengan gambaran surga. Maka sebenarnya rata-rata cukup bagi seorang anak untuk tidak suka neraka. Apalagi ketika sang ibu mengatakan, bahwa ibu sendiri tidak mau masuk masuk neraka, maka anak kecil biasanya mengatakan aku maunya sama ibu. Kalau ibu tidak mau masuk neraka, maka aku juga tidak mau. Bagi anak kecil, ibunya adalah segalanya. Di neraka kita tidak akan menemui Allah dan rasulNya, di neraka kita juga mungkin tidak akan bertemu dengan ibu kita yang baik dan shalihah. Ketika tahap pertama anak sudah berhasil dikenalkan kecintaan kepada Allah, RasulNya, insya Allah ia akan mengenal bahwa neraka adalah tempat yang harus dihindari dan dijauhi.
Apakah perlu gambaran deskriptif tentang neraka? Lengkap dengan segala bentuk siksanya misalnya?
Pada tahap awal, misalnya usia TK memang tidak perlu deskriptif. Karena khawatir terbawa mimpi dan mereka sangat takut. Untuk usia SD bisa lebih deskriptif dan akan membuat mereka semakin tidak suka dengan neraka, dan memfokuskan hidup untuk selalu mencari jalan ke surga. Ada satu permainan anak-anak yang namanya ular tangga anak muslim. Permainan ini sangat baik untuk mengenalkan macam-macam amal shaleh yang harus diikuti dan amal buruk yang harus dijauhi. Anak-anak sangat senang ketika mereka bisa berhasil naik tangga menuju ke surga. Apalagi kalau tanpa hisab. Mereka sangat sedih ketika dalam langkahnya tergelincir mundur atau turun, sehingga jauh dari surga. Di sanalah kita akan menanamkan kecenderungan anak untuk selalu beramal shaleh. Pengenalan tentang neraka bisa menyertai pengenalan tentang hari Kiamat. Karena Hari Kiamat adalah salah satu rukun iman yang juga harus dikenalkan sejak usia dini. Karena anak juga diajari tahfizh al Qur’an dan juz amma’ banyak membahas tentang hari Kiamat juga, maka penjelasan surat-surat dalam juz amma’ sangat perlu disampaikan kepada anak ketika mereka menghafalkan.
Bagaimana dengan anak yang saking bandelnya jadi tidak mempan ketika kita hanya memberi gambaran umum tentang neraka. Mereka cenderung menyepelekan?
Pada anak-anak tertentu memang ada yang kategori bandel sehingga menyepelekan penggambaran tadi. Penggambaran deskriptif tentang neraka sangat perlu, agar mereka paham. Salah seorang kawan saya pernah ditantang seorang anak kecil bahwa dia tidak takut neraka. Dia menjelaskan tentang adanya neraka itu dipenuhi api. Kebetulan ia membawa korek api. Dia menyalakan untuk menjelaskan api, kemudian meniupnya. Tiba-tiba ujung baranya ditempel ke tangan anak. Si anak terkejut. Panas, katanya. Baru teman saya ini menjelaskan bahwa itu baru baranya. Belum apinya. Kemudian dijelaskan lagi tentang api dunia itu hanyalah percikan yang sangat kecil dari api neraka. Baru anak ini takut dengan neraka. Ada satu contoh lain dalam sinetron Dedy Mizwar: PPT kira-kira setahun yang lalu. Ketika tiga sahabat yang tinggal di mushola mendebat tentang, bahwa setan jin itu dari api, kalau masuk neraka berarti tidak terasa dong. Kan api ketemu api. Kemudian Bang Jack menjelaskan, tapi ketiganya ditampar dulu satu persatu. Ditanya apakah sakit: mereka jawabab pasti sakit, namanya juga ditampar. Baru kemudian menjelaskan, bahwa asal manusia dari tanah, pipi itu tanah dan tangan itu tanah. Tanah ketemu tanah apa bisa sakit. Demikian juga api neraka itu sangat keras dan dahsyat yang juga bisa membuat makhluk yang berasal dari api pun sangat sengsara. Bagi saya itu bagian skenarionya Wahyu HS yang sangat jelas dan cerdas menjelaskan tentang siksa neraka kepada mereka-mereka yang bandel. Tapi ini penjelasan kepada preman ya. Kalau anak kecil tentu tidak boleh seperti itu. []