Keluarga di Tengah Krisis

RADIO TALK SCRIPT

Program: VOICE OF ISLAM | Narasumber: Ir. Ratu Erma Rahmayanti (Pembina Forum Mar’ah Shalihah Pusat Pengembangan Islam Bogor) | Tema: KELUARGA DI TENGAH KRISIS

Pengantar:

KRISIS multidimensional yang telah menghinggapi bangsa Indonesia sejak krisis ekonomi tahun 1997 semakin hari semakin sulit diatasi. Bahkan, krisis diperkirakan berubah menjadi “tragedi nasional”. Indikator nyata dari itu semua tampak di permukaan kehidupan masyarakat Indonesia.

Tak urung saat ini dampak dari kenaikan harga minyak dunia, berimbas pada harga BBM nasional.  Uuh, kalau sudah BBM naik, kenaikan harga barang-barang tak bisa lagi dibendung.  Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil, sangat terimbas kondisi ini.  Ini baru soal krisis ekonomi,  belum bicara krisis lainnya.  Rupanya krisis ekonomi membawa pada krisis moral.  Karena dorongan kebutuhan banyak orang nekat mencuri, merampok, merampas, dsb. Oleh sebab itu ketentraman hidup masyarakat jadi terganggu.  Keluarga menjadi was-was dan hidup dalam keresahan dan situasi ketidakpastian. Apakah kehidupan mendatang akan semakin baik, ataukah buruk.  Kapan semua kondisi ini berakhir.

Keluarga, sebagai unit terkecil masyarakat sangat merasakan dampak dari krisis ini.  Bagaimana keluarga menghadapi situasi ini?

T: Ustadzah, seperti yang telah saya paparkan tadi, dampak dari krisis yang telah cukup lama terjadi membuat mayoritas keluarga Indonesia semakin terpuruk. Bagaimana ustadzah melihat hal ini?

J: Ya benar.  Situasi perekonomian negara kita saat ini dirasakan oleh mayoritas penduduk (keluarga) terasa berat dan sulit.  Disusul dengan kebijakan kenaikan harga BBM bulan mei lalu, seperti efek domino, hal ini membuat semua harga kebutuhan hidup menjadi naik juga.  Situasi ini merupakan konsekuensi dari masuknya Indonesia dalam sistem perdagangan internasional.  Yang menjadi terikat dengan aturan main perdagangan minyak dunia.  Jadi minyak kita didagangkan di pasar dunia, sehingga kebutuhan dalam negeri terabaikan.  Mengapa dijual ke pasar dunia karena lebih menguntungkan ketimbang dijual di dalam negeri.  Karena menjual minyak ke dalam negeri harus disertai dengan subsidi.  Ini keputusan yang diambil pemimpin kita dan kita sebagai rakyatnya tidak pernah diajak berunding, tahu-tahu tinggal merasakan akibatnya.  Kita tidak akan membahas ini terlalu dalam, hanya saja ternyata dampak dari hal tersebut membuat kehidupan keluarga menjadi sangat terganggu.  Dengan naiknya harga bahan kebutuhan pokok, maka keperluan rumah tangga lainnya seperti pendidikan, kesehatan, menjadi sulit untuk dipenuhi.  Karena pendapatan mayoritas keluarga hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup dasar saja yaitu makan.  Pakaian, rumah tidak terfikirkan lagi, yang penting perut kenyang. Ada pernyataan yang relevan dengan situasi ini yaitu andai orang muskin ingin berobat ke rumah sakit yang pelayanannya baik ibarat syetan masuk surga, sesuatu yang mustahil.  Ini kondisi riil masyarakat Indonesia saat ini.

T:  Bagaimana sikap yang harus diambil oleh keluarga Indonesia saat ini, sementara kebutuhan hidup sehari-hari sangat mendesak untuk dipenuhi?

J: Ya, kita memang harus mengencangkan ikat pinggang, karena pada kenyataannya itulah yang kita hadapi.  Kitalah yang harus mengatur diri dalam penegeluaran.  Kebutuhan sampingan tidak lagi menjadi perhatian kita, yang utama adalah kebutuhan yang lebih mendasar.  Makan,  kebutuhan rumah yang penting misal bayar air, listrik, sekolah anak-anak.  Urusan ingin beli pakaian, sepatu, sendal bisa ditunda.  Kita juga harus berhemat dalam berbelanja, dari daging diganti tempe tahu, tempe tahu juga mahal diganti sayuran.  Ya, pintar-pintarnya kita lah.  Jadinya kok kita yang harus nagalah ya, sementara orang lain yang terlibat dalam bisnis perdangan minyak dunia, migas dan energi, beras, dan kekayaan alam lainnya, hidup dalam bergelimang harta.  Ya, beginilah faktanya, yang kecil yang harus ngalah.  Tapi, jika kita punya keyakinan yang tinggi pada Kemahaha kuasaan Allah SWT, kita bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti sekarang.  Kata Allah Illa man rohima robbuka, hanya orang yang disayangi Allah lah yang bisa bertahan hidup di tengah krisis.  Jadi kita harus berusaha jadi orang yang mendapat belas kasih Allah.  Taat ibadah, taat hukum Allah lainnya, perbaiki sikap sedikitkan melakukan kesalahan, rajin mencari ilmu Islam supaya kita tahu apa saja yang allah minta kepada kita.  Kalau Allah sudah ridho karena kita berusaha menjadi baik, maka bagi Allah tidak sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup kita.  Bukankah Allah yang memberi rezqi kepada kita?

T:  Adakah peran penting keluarga dalam menyelesaikan persoalan umat, ustadzah?

J: Tentu saja, sangat besar peran keluarga dalam perjuangan perubahan.  Saat ini dan beberapa waktu mendatang, kita masih prediksi bahwa kondisi ekonomi yang sulit, politik yang serba tidak pasti, keamanan yang tidak nyaman, kesejahteraan yang semu, masih akan terjadi.  Karena itu semakin tertindas seseorang mestinya semakin sadar bahwa ada sesuatu yang salah dalam pengaturan kebutuhan masyarakat ini.  Keluarga muslim harus peka terhadap hal ini.  Mereka harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang menyebabkan semua ini terjadi.  Secara ringkas sebenarnya saat ini tengah terjadi ketidakadilan dalam distribusi kekayaan.  SDA yang notabene milik rakyat dan negara dieksploitasi bukan oleh yang berhak.  Contoh, emas kita dikuasi freeport, minyak kita dikuasi exon mobile, shell, dll.  Sebagian besar keuntungan eksploitasi jelas masuk ke kantong mereka dan pemerintah kita yang mengizinkan mereka masuk ke negeri ini.  Jadi kekayaan alam tadi tidak digunakan untuk memenuhi penyediaan kebutuhan hidup mayoritas rakyat.  Hanya dirasakan oleh beberapa gelintir orang saja yang dikenal dengan konglomerat dan kroni-kroninya.  Selebihnya hanya memperebutkan bagian kecil dari hasil olahan kekayaan alam kita.  Jadi, yang sebenarnya terjadi adalah ketidakadilan, bukan kelangkaan pangan, kelangkaan energi migas.  Bahan-bahan itu ada dan insya Allah mencukupi untuk seluruh kebutuhan rakyat Indonesia, hanya saja karena dikelola asing dan kelemahan bangsa kita yang membuat semua itu tidak terdistribusi sebagaimana mestinya.

Peran keluarga adalah menuntut hak-hak mereka.  Karena kekayaan alam itu hak kita hak umat yang dirampas oleh perampok.  Kita harus menuntut mereka untuk mengembalikan hak kita sendiri.  Keluarga muslim harus tahu persis tentang hal ini dan berjuang untuk hak mereka sendiri.

T:  Bagaimana keluarga harus berjuang menuntut kembali hak-hak mereka?

J: Untuk berjuang butuh kesadaran, sadar itu berawal dari mengetahui dan mengerti.  Jadi bagi mereka yang sudah mengerti dan memahami apa yang terjadi, harus meneruskan dan membentuk kesadaran ini kepada keluarga lainnya.  Sadarkan mereka bahwa ini ketidakadilan, ini perampasan hak hidup kita semua, ini kedzoliman, ini persoalan kita bersama.  Untuk itu kita tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan, wait and see saja.  Harta yang dirampas milik kita, kita yang harus merebutnya kembali.  Lalu apakah cara merebut ini dengan kekerasan?  Tentu saja tidak, karena kekerasan tidak akan membawa hasil yang baik.  Malah akan menambah resistensi mereka dalam mempertahankan kedzoliman.  Lihat saja bagaimana kasus NAMRU beberapa waktu lalu, dengan gigih mereka membela diri agar NAMRU tetap beroperasi di sini.  Yang bereaksi adalah kalangan militer AS, padahal mereka baru saja diserang dengan pemikiran, belum dengan senjata.  Apalagi bila kita hadapi mereka dengan kekuatan, mereka pasti akan bereaksi lebih dari kita.  Kita tahu bahwa NAMRU melakukan reseach disini mengenai virus penyakit tropis.  Kemudian specimen virus dikirim ke laboratorium mereka di AS.  Dari virus itu mereka bisa membuat vaksin untuk menangkal penyakit (katanya) dan vaksin tadi dijual kembali (dengan harga mahal) ke negara yang punya virus tadi.  Mereka berbisnis vaksin dari virus yang kita punya, tanpa sedikitpun membagi keuntungan dagang vaksin tadi dengan kita.  Ini sudah persoalan yang terlalu jauh saya kira, yaitu soal virus yang kecil tak mudah terlihat.  Kekayaan alam yang jelas-jelas terlihat nyata didepan mata semisal emas, minyak, batubara, dll. Telah terjadi puluhan tahun yang lalu.  Jadi, kita sadarkan mayoritas umat akan apa yang terjadi, kemudian kita ajak umat untuk menuntut kepada pihak yang telah melakukan kejahatan ini agar mereka mengembalikan kekayaan alam kita.  Kekuatan umat adalah kekuatan inti dari sebuh perjuangan.  Dan kesadaran ini harus dimulai dari kesadaran keluarga kita.

T:  Terakhir ustadzah, bagaimana sebaiknya kita bersikap di tengah krisis yang melanda saat ini?

J: sekali lagi, kita memang harus bersabar dalam kondisi sulit, kita harus mengatur sendiri kebutuhan hidup kita yaitu dengan cara berupaya untuk mendapatkannya kendatipun berat dan sulit.  Terutama kepada suami sebagai kepala keluarga.  Namun, bila hanya itu langkah yang kita lakukan, kedzoliman ini tidak akan pernah berakhir.  Tidak cukup bgi kita menyerahkan semua urusan kepada Allah.  Karena persoalan yang terjadi memerlukan adanya upaya manusia untuk menyelesaikannya.  Benar bahwa tawakkal dan pasrah harus kita lakukan.  Tetapi tawakkal dan pasrah harus diikuti dengan upaya.  Tawakkal dan pasrah letaknya diawal aktivitas, artinya harus ada upaya setelah kita tawakkal.

Keluarga muslim tidak boleh antipati dengan urusan pemenuhan kebutuhan hidup mereka (persoalan ri’ayah syu’un, persoalan politik).  Ini soal hidup mati mereka.  Mereka tidak boleh pragmatis, pasrah tanpa upaya.  Sekarang ini, kalau mereka mau menyadari kita itu hakikatnya saat ini dilarang sekolah, dilarang sakit, dilarang menikmati kekayaan alam kita sendiri.  Kita dilarang hidup layak, karena semua serba tidak terjangkau.  Tawakkal, berjuang dan sabar adalah sangat penting bagi kita saat ini.  Kita lihat bagaimana Rasul melakukan tawakkal, berjuang, ikhlas dan sabar dalam perjalanan hidup beliau.  Beliau menggali parit pada perang Khandaq, memutus air penduduk Khaibar agar mereka menyerah, beliau meminjam baju besi untuk perang, beliau menyuruh sahabat hijrah ke Habsyah saat kekerasan Quraisy mengganas, dsb.  Jadi tidak boleh pasrah begitu saja. Ali-Imran 137, Al-Furqon 58, Ath-thalaq 3.

137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[230] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

58. Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.

3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *