Antara Aku, Dia, dan Pacarnya

Assalamu’alaikum wr wb

Maaf sebelumnya. Saya ada permasalahan yang saya bagikan kepada Anda. Saya mempunyai teman katakanlah X (pria) dan Y (wanita). Teman saya X, suka kepada teman saya Y. Saya sangat tahu jelas X ini sudah jatuh hati sejak kami masih sekolah (saya, X, dan Y, satu sekolah).

Selama ini saya mendukung teman saya X, selama dalam batas kewajaran dan masih bersifat positif (dalam arti, sebagai penyemangat, atau motivasi diri). Sekarang umur kami sekitar 24-25 th.

Dalam setahun ini saya sering mengingatkan teman saya X untuk mencoba mengutarakan hatinya ke Y (bukan berarti pacaran, kalau bisa nikah ngapain pacaran?)  Tapi teman saya X masih takut (entah karena takut bicara atau takut si Y menjauh). Kalau saya ya terserah si X, toh dia yang jalanin kok. Hehehe…

Dan setahu saya temen saya Y sudah punya pacar. Aku juga sering bilang ke Y, agar pacarnya itu disuruh dateng aja ngelamar. Daripada pacaran, walau dalam keadaan wajar.

Bukannya saya nggak berpihak ke X atau Y. Terserah X atau Y yang menjalani hidup, karena hidup pilihan mereka. Yang jadi permasalahannya adalah sekitar 6 bulan terakhir, saya pernah bilang ke Y, agar cowoknya itu dateng aja ke rumah Y untuk ngelamar. Tapi temen saya Y malah bilang ke saya “nggak mau ah”. Lha saya bilang “Kamu pacaran buat apa?” Terus dia jawab “Aku maunya suami kayak kamu Gus!” Nah loh, jadi kepikiran aku. Kepikiran temenku X gimana. Kepikiran Aku juga gimana.

Y itu baik, berjilbab baik, (tapi kok pacaran ya?), tapi aku tahu dia nggak akan menggadaikan jilbabnya. Aku kenal dia baik (karena aku masih satu komplek dengannya). Yang saya ingin tanyakan. Apa yang terbaik yang saya harus lakukan? Saya nggak mau persahabatan yang sudah dibina dari kami sekolah rusak. Apalagi karena memperebutkan wanita (upz.. nggak ding.. aku kan nggak ikut ngerebutin)

Saya pun siap jika Y minta dilamar hari ini juga. Sejak itu mungkin saya jadi sayang juga sama Y. Tapi belum bisa cinta. Coz, cinta hanya untuk istriku seorang (walau entah siapa, masih belum ketahuan) Tambahan: sampai sekarang aku masih tetap menyemangati X, dan aku belum bilang ke X kalau Y minta aku jadi suaminya. Bingung ngomongnya.

Bagus, via e-mail

Jawab:

‘alaykum salam wr. wb.

Dik Bagus yang dirahmati Allah, persoalan yang dihadapi adik bertiga tidak akan serumit sekarang seandainya sejak awal pergaulan sudah dibentengi dengan nilai-nilai Islam, semisal menghindari ikhtilat (percampuran pria-wanita).

Selain itu perlu dimiliki setiap muslim adalah ketegasan dalam bersikap, khususnya tegas dan benar (islami). Misalnya, adik sendiri bingung dengan Y yang katanya baik dan berjilbab tapi kok pacaran? Sudah begitu ternyata Y sendiri malah menginginkan suami seperti adik. Berarti selama ini pacarannya buat apa? Dan kenapa harus berpacaran kalau memang menginginkan adik sebagai calon suaminya?

Lalu adik sendiri mengatakan sudah siap jika Y minta dilamar hari ini, berarti adik sudah siap bukan untuk menikahinya. Meskipun adik ragu karena Y ini walau berjilbab dan baik (?) tapi berpacaran. Hemat saya, sikap adik dan Y, termasuk X tidak tegas malah plintat-plintut.

Jika adik sudah siap untuk melamar Y (karena sebetulnya Y sendiri mengatakannya secara implisit), apakah adik siap dengan kenyataan dia telah berpacaran dengan pria lain? Siap tidak adik menerima kenyataan pernah ada lelaki lain hadir dalam kehidupan Y? Semestinya sikap seorang muslimah adalah menjaga diri dari pergaulan tidak Islami.

Tapi jika adik percaya bahwa Y adalah wanita yang baik, maka langkah pertama, adalah sadarkan dia bahwa pacaran itu bertentangan dengan ajaran Islam. Tapi lakukan ini secara benar, tidak berkhalwat, bisa via telepon, sms, atau memberinya tulisan tentang hal itu.

Kedua, jika dia berubah dan memutuskan pacarnya, adik bisa meminta petunjuk dari Allah lewat istikharah, agar diberikan calon istri yang terbaik, yang benar-benar bisa menjaga kehormatan dirinya.

Jika sudah merasa mendapat bimbingan dari Allah, maka lanjutkanlah ke khitbah dan pernikahan secepatnya, mengingat usia adik sudah terkategori “harus segera” menikah. Juga agar tidak berlarut-larut dalam hubungan tidak islami dengan Y.

Semoga jelas dan berkenan.[januar]