Tanda-tanda Kemunafikan

Program: Voice of Islam | Narasumber: Usth. Ir. Lathifah Musa (Konsultan Klinik Anak Muda untuk Pergaulan Islami) | TOPIK: TANDA-TANDA KEMUNAFIKAN

SMS:

Assalaamu’alaikum. Apa yang disebut dengan tanda-tanda kemunafikan? Karena seringkali kita menyebut-nyebut istilah ”jangan munafik”, dengan cara seperti bercanda. (Nisa di Bumi Allah)

Ustadzah, apa yang dimaksud dengan orang munafik?

Kalau kita langsung melihat dalam al Qur’an, secara sederhana yang disebut munafik adalah orang yang ketika menyatakan diri mereka beriman kepada Allah, tetapi sesungguhnya mereka tidak beriman. Artinya mereka  berbohong dalam keimanannya. Apa yang ada dalam hatinya berbeda dengan yang diungkapkan. Al Qur’an menyebut dalam QS al Baqarah: sejak ayat yang kedua, tentang orang yang muttaqiin, yaitu tentang orang yang beriman, kemudian ayat keenam tentang orang-orang kafir, selanjutnya langsung pada ayat kedelapan hingga keenambelas tentang orang-orang munafik

Bagaimana kita bisa menyebut seseorang dengan munafik atau tidak?

Klaim terhadap orang munafik itu memang sangat sulit. Karena zhohirnya orang tidak bisa menghukumi secara tegas bahwa mereka ini orang-orang kafir. Tetapi bagi kita sendiri sebagai seorang muslim, tentu yang terpenting adalah panduan dari Allah SWT bagaimana caranya menjadi orang yang bertaqwa, sehingga kita bisa berusaha sungguh-sungguh untuk melakukan dan menepati sifat itu. Kemudian tentunya menghindari sifat-sifat yang sering dilekatkan pada diri orang-orang munafik. Kemudian, terkait dengan penilaian terhadap orang-orang munafik, tentunya ketika mereka adalah sebagaimana yang disebutkan dalam al Qur’an dan as Sunnah tentang ciri-ciri orang munafik. Dari sisi itu memang bisa dinilai berapa besar kadar kemunafikannya. Karena mungkin ada kemunafikan yang baru tanda-tandanya saja, tapi kalau sudah dilakukan semua berarti sudah bisa diidentifikasikan secara sempurna sebagai seorang munafik

Bagaimana ciri-ciri beriman dan kemunafikan?

Di dalam al Qur’an dijelaskan secara sederhana dan sangat langsung bisa difahami (dalam QS al Baqarah: 2) ini tentang al Qur’an sebagai petunjuk yang sempurna bagi orang-orang yang bertaqwa (tidak ada keraguan sedikitpun). “Dzaalikal kitaabu laa rayba fiihi hudal lil muttaqiin.”  Selanjutnya disebutkan ciri-ciri beriman: “Alladziina yu’minuuna bilghoibi wa yuqiimuunashsholaata wa mimmaa razaqnaa hum yunfiquuna” Yaitu orang-orang yang beriman terhadap yang ghaib (hal-hal yang tidak bisa diindera secara langsung), seperti malaikat sebagai pembawa berita dari Allah kepada RasulNya, kemudian menegakkan sholat, dan menafkahkan apa yang telah dirizkikan oleh Allah (yang wajib dan yang sunnah). Kemudian beriman kepada al Qur’an, dan kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah di masa sebelumnya (tentang adanya), dan beriman kepada hari akhirat.

Kemudian tentang orang-orang munafik. Bahwa selain orang beriman dan orang kafir (sebagaimana yang disebutkan dalam QS al Baqarah ini) ada segolongan orang yang memiliki ciri-ciri demikian:

  1. Mereka mengatakan diri mereka beriman kepada Allah dan hari akhir (muslim) padahal mereka sebenarnya tidak beriman. Mereka ini menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal sesungguhnya mereka tidak menipu selain diri mereka sendiri, tapi mereka tidak merasakan. Di sinilah dikatakan fii quluubihim maradhun fa zaadahumullaahu maradhan
  2. Apabila dikatakan kepada mereka janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, mereka mengatakan, kami ini semata-mata hanya berbuat baik.  Allah mengingatkan bahwa sesungguhnya mereka telah berbuat kerusakan tetapi mereka tidak merasa.
  3. Apabila dikatakan kepada mereka berimanlah, sebagaimana orang-orang beriman. Mereka mengatakan apakah kami harus beriman sebagaimana berimannya orang-orang bodoh? Kemudian Allah memberi peringatan ingatlah sesungguhnya merekalah yang bodoh, tetapi mereka tidak mau memikirkannya.

Bagaimana dengan penjelasan berdasarkan hadits Rasulullah Saw, apakah disebutkan juga tentang ciri-ciri munafik?

Di dalam hadits Muttafaq ‘alaih. Rasulullah Saw bersabda: “Arba’unman kunna fiihi kaana munaafiqan khaalishan. Wa man kaanat fiihi khashlatun minhunna kaanat fiihi khashlatun min nifaaqin hatta yada’aHaa: Idzaa ‘tumina khaana, wa idzaa haddatsa kadzaba, wa idzaa ‘aahada ghadara, wa idzaa khashama fajara”: Ada empat perkara, siapa saja yang memilikinya, maka ia menjadi munafik dengan sempurna. Barangsiapa memiliki salah satunya, maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Yaitu apabila seseorang diberi amanat, ia khianat; apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji ia tidak menepati dan apabila berdebat ia curang.

Kemudian dari Abi Hurairah ra, ia berkata: rasulullah Saw bersabda: Aaayatul munaafiqi tsalaatun: Idzaa haddatsa kadzaba: wa idzaa wa’ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana: Tanda-tanda munafik ada tiga, apabila bicara dusta, apabila berjanji tidak menepati, apabila diberi amanat khianat. (muttafaq ‘alaih)

Bagaimana hukumnya orang munafik?

Penghukuman terhadap orang-orang yang munafik, dalam hukum Islam, secara zhohir memang sangat sulit. Itulah sebabnya, mengapa ada orang-orang munafik yang sekaliber Abdullah bin Ubay bin Sahlul di masa Rasulullah Saw tetap bisa kemana-mana, bahkan bergaul dan menyertai orang-orang yang beriman. Ia juga sholat di masjid, ia juga bergaul dengan orang-orang yang beriman. Dalam hal ini Rasulullah Saw tidak melakukan tindakan apa-apa.  Bahkan dalam sebuah peristiwa yang terjadi setelah Rasulullah dan para shahabatnya baru saja pulang dari peperangan menghadapi banu mustaliq,  saat itu terjadi pertikaian antara orang muhajirin dengan anshar dalam memperebutkan air. Abdullah bin Ubay mengeluarkan perkataan tentang kaum muhajirin, yang bersifat menghujam kaum muhajirin. Berita ini sampai kepada Umar bin Khaththab dan ia  benar-benar marah sehingga  sampai membuat pernyataan yang meminta agar Abdullah bin Ubay dibunuh saja. Tapi Rasulullah Saw menjawab: Umar, bagaimana kalau sampai menjadi pembicaraan orang , bahwa muhammad membunuh shahabat-shahabatnya sendiri. Kemudian Abdullah bin Ubay menemui Rasulullah dan membantah bahwa ia berkata demikian. Tetapi wahyu Allah mendustakannya. Ketika itu, anak Abdullah, yang bernama Abdullah, berkata: Rasulullah, saya mendengar anda menginginkan Abdullah bin Ubay dibunuh. Kalau memang begitu, berikanlah tugas itu kepada saya, akan saya bawakan kepalanya kepada anda. Orang-orang khazraj sudah tahu, tak ada orang yang begitu berbakti keada ayahnya seperti yang saya lakukan. Saya khawatir anda akan menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Kalau sampai orang lain itu yang membunuhnya, saya tak akan dapat menahan diri membiarkan orang yang membunuh ayah saya bebas berkeliaran. Tentu akan saya bunuh dia dan berarti saya membunuh orang yang beriman yang membunuh orang kafir dan saya akan masuk neraka. Rasulullah Saw menjawab:” Kita tidak akan membunuhnya. Bahkan kita harus berlaku baik kepadanya, menemaninya baik-baik selama dia masih bersama dengan kita.” Sejak itu penduduk Madinah melihat kepada Abdullah bin Ubay dengan penuh curiga dan tidak lagi menghargainya. Sebegitu jahatnya Abdullah bin Ubay, ketika dia meninggal, Rasulullah Saw tetap mengampuninya, bahkan masih mau menyolatkannya. Namun sesudah itu datang firman Allah SWT yang melarang untuk menyolatkan dan mendoakannya.  Jadi memang terhadap orang-orang munafik ini kita tidak dapat berbuat apa-apa selain waspada dan berhati-hati. Namun Allah SWT telah mengancam orang-orang ini dengan neraka jahannam, dengan adzab yang kekal di dalamnya. Sehingga yang juga penting dari kita adalah, menghindari sejauh-jauhnya sifat-sifat orang munafik ini.

Bagaimana caranya agar kita terhindar dari sifat munafik ?

Menjadi orang bertaqwa dan menghindari sifat-sifat munafik. Menjadi orang bertaqwa adalah beriman kepada Allah dan RasulNya dan apa-apa yang datang dari Allah, berupa al Qur’an dan Hadits. Senantiasa memurnikan keimanan kita dengan terus menerus mempelajari Islam, yang bersumber dari al Qur’an, Hadits, ijma Sahabat dan Qiyas.  Semakin dalam belajar, akan semakin jelas kita dalam memahami dan ini akan semakin menjernihkan keimanan kita. Kemudian yang juga penting adalah menghindari sifat-sifat orang munafik. Yang paling jelas adalah berbohong/ berdusta. Kita harus selalu berhati-hati dalam perkataan sehingga tidak terkategori pendusta. Kemudian tidak berkhianat terhadap amanah, tepat janji dan tidak curang. Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjauh dari sifat-sifat munafik ini.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *