Rendah Dirikah Kita?

Hari ini, hubungan antara kaum muslimin dengan masalah yang mereka hadapi ibarat orang yang kehilangan koin emas. Koin itu hilang di tempat gelap tapi ia mencarinya di tempat terang. Alasannya, ia tak mungkin bisa melihat koin itu di tempat gelap.

Pembaca budiman, andaikan kita merenung, semua permasalahan yang terbentang hari ini sebenarnya bersumber dari tercampakkannya Islam dari kehidupan. Saat umat mulai tidak mempercayai lagi din-nya sebagai ideologi, dan memuja ideologi lain, saat itulah masalah merebak. Ironinya, agama sendiri dianggap sebagai ‘penyakit’ sosial yang harus dilumpuhkan.

Maka sewaktu masalah demi masalah berkecamuk, masih banyak orang yang enggan menjadikan Islam sebagai solusinya. Padahal, kembali pada Islam adalah satu-satunya obat mujarab untuk berbagai penyakit akut yang diderita umat. Sayang, seperti perumpamaan di atas, seringkali masalah yang kita hadapi, kita beri solusi yang tidak pas. Koin hilang di tempat lain, tapi dicari entah di mana. Seperti orang sakit gigi tapi berobat ke dokter jantung.

Mengapa kita enggan kembali pada syariat Islam? Pertama, karena kita sudah merasa begitu rendah diri untuk memakai baju Islam. Kedua, kita juga sudah dibutakan secara sistematis lewat perang pemikiran oleh Barat. Ketiga, ada elemen dari umat Islam yang juga mau berjibaku menghalangi langkah kita kembali pada kebenaran.

Namun demikian, persoalan pertama adalah persoalan yang harus segera ditangani dengan serius. Kita harus membangun kembali rasa percaya diri kita terhadap jati diri kita yang sesungguhnya. Bahwa Islam; akidah dan syariatnya adalah darah, jantung, nafas dan nyawa umat. Tanpanya, umat akan sekarat dan mati.

Butuh kekuatan iman untuk berani bersuara lantang menegakkan Islam. “Katakan kebenaran meskipun terasa pahit,” adalah pesan yang sering terdengar berulang-ulang. Maka bangunkan kepercayaan diri dan buang perasaan rendah diri. Islam adalah kebanggaan hidup kita. “Dan kebanggaan itu adalah milik Allah, dan RasulNya dan orang-orang beriman” itulah pesan wahyu Allah.

Rendah diri dan ketakutan adalah patogen perjuangan. Ia akan menggerogoti jiwa para pejuang dan membunuh kemenangan. Menyedihkan jika ada pendekar syariah yang ragu menghantam kebatilan demokrasi, kapitalisme dan komunisme. Ambigu saat menghadapi kebusukan liberalisme.

Memalukan jika ada pejuang syariah yang selalu mencari cara bermanis muka agar dirinya bisa diterima semua kalangan. Meski untuk itu ia tega menyembunyikan kuku-kuku tajam kebenaran, dan membiarkan harga dirinya terluka.

Ia mengecilkan suara perjuangannya agar dihormati orang lain. Lalu bermain kata-kata agar bisa mengkamuflase dirinya di habitat orang lain. Andaikan bisa, mungkin ia akan mengubah warna kulitnya bak bunglon agar bisa diterima kawan dan lawan. Semua dilakukan karena ia berpikir kemenangan semata strategi manusia, bukan atas rencana Allah.

Padahal, kemenangan itu datang dari Allah. Bukan dari akal pikiran dan otot kita. Sementara Allah hanya akan memberikan pertolongan dan kemenangan pada mereka yang mengerjakan dan menyampaikan kebenaran apa adanya dan niat yang tulus.

Jadi, jika hari ini, setelah sekian puluh tahun kita berjuang tapi pertolongan Allah belum jua datang, muhasabah pada diri sendiri adalah kewajiban. Tak ada kata terlambat untuk berintrospeksi diri, demi kemenangan dan ridloNya. [januar]

1 Comment

Leave a Reply to Gilang cs Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *