Program: Voice of Islam | Rubrik: HOMESCHOOLING | Narasumber: Ir. Lathifah Musa | Tema: MENGENAL DEKAT POTENSI ANAK
Balon terbang karena udara di dalamnya lebih ringan
Tapi satu saat akan kembali jatuh ke bawah
Setiap anak ada kelebihan dan kekurangan
Yang penting didik mereka menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah
Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul
MENGENAL DEKAT POTENSI ANAK
Ustadzah, terkadang anak yang satu dengan anak yang lain berbeda dalam perkembangan potensi. Apa benar seperti ini?
Ya benar. Bila kita melihat masing-masing anak kita saat balita saja. Perkembangan mereka tidak sama. Ada anak yang lebih cepat berjalan, ada anak yang lebih cepat bicara. Ada anak yang bisa lebih awal fasih dalam mengucapkan anak. Ada anak yang masih cedal, ketika masuk taman kanak-kanak. Ada anak yang cepat hafal pelajaran dll. Perkembangan potensi ini tidak sama. Tetapi sampai pada usia tertentu bisa diukur parameter yang sama untuk semua anak. Misalnya sampai usia 6 bulan, anak sudah bisa memperlihatkan ketertarikan pada wajah orang, bisa merespon bunyi, merespon cahaya, memutar kepala ke arah samping, mengikuti benda bergerak,tersenyum, tertawa dll. Kemudian pada usia 1 tahun bisa berguling, meraih dan menggenggam, mencoba berdiri dan berjalan dengan berpegangan tangan. Ukuran parameter ini bisa 10 hingga 20 aktivitas standar. Misalnya anak hanya bisa mencapai 10 parameter, maka kategorinya lambat, lebih dari itu sedang dan bila dia bisa melakukannya semua maka tergolong anak yang berkembang dengan sangat baik.
Terkadang ortu cemas, karena membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Atau anak yang satu dengan anak yang lain. Ibu menginginkan standar kemampuan yang sama untuk setiap anaknya, apakah ini dibenarkan?
Karena perkembangan yang berbeda ini, asalkan sesuai parameter, maka orang tua jangan cemas. Kecuali anaknya memang sangat lambat. Maka anaknya ini harus mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus. Tapi saya sering melihat perlakuan dan sikap orang tua pada anak sering membandingkan. Itu yang salah. Misalnya, akhirnya orang tua menekan dan memarahi anak ketika dia berkembang lebih lambat dari kakanya atau adiknya. Orang tua akan bilang, kakakmu dulu sudah bisa berhitung, kakakmu dulu sudah bisa membaca, atau adikmu sudah bisa ini dan itu mengapa kamu belum? Hal seperti ini akan membuat anak tidak nyaman. Bagaimanapun orang tua harus mengenali anaknya masing-masing. Ada perkembangan yang lebih maju di satu sisi, ada perkembangan yang lebih lambat di sisi yanglain.
Apa maksud dari pengenalan itu untuk orang tua?
Tentunya agar orang tua bisa mengarahkan dan memfasilitasi kelebihan potensinya. Kemudian untuk perkembangannya yang lebih lambat, orang tua bisa memberikan terapi dan penanganan secara khusus. Misalnya untuk anak yang lambat dalam bahasa. Dia misalnya belum fasih mengucapkan kata. Kalau berbicara masih mencari kata-kata yang tepat dan seringkali salah. Maka orang tua harus bersabar, bahkan banyak-banyak berinteraksi dengannya. Berkomunikasi intens dengan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak akan senang sekali ketika orangtua berkomunikasi secara empati dengannya. Kemampuannya akan tereksplore dan saat itulah akan terjadi peningkatan kemampuan. Seperti juga ada anak yang suka dengan pelajaran matematika, ada yang tidak suka. Mereka yang cepat dalam penggunaan logika akan cepat tanggap terhadap soal-soal, sementara yang tidak akan lambat dan merasa terbebani ketika belajar ilmu alat tersebut. Hal seperti ini memerlukan penanganan masing-masing. Dan yang perlu diingat, bahwa belum tentu anak yang lambat. Bisa jadi guru atau orang tua yang tidak bisa menangani
Dengan potensi berkembang yang berbeda, apakah kita bisa memberikan target pendidikan yang sama pada anak?
Ada target yang harus sama dalam pendidikan anak. Yaitu semua harus memiliki kepribadian Islam dan karakter sebagai seorang muslim. Itu yang harus sama. Minimal mereka bisa mengerjakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim. Kalau demikian, maka sebetulnya target belajar itu tidak terlalu sulit. Bahkan anak denganperkembangan yang sangat lambat sekalipun. Dia harus dididik dan dilatih agar menjadi muslim yang baik. Dia bisa menjalankan kewajiban seperti sholat, berpuasa, berinteraksi secara Islami di lingkungannya, menutup aurat, dll. Masalah dia bisa lancar membaca, lancar berhitung, cepat menjawab, membuat berbagai karya, maka itu adalah target kemampuan lebih dari masing-masing anak. Sati sama lain bisa tidak sama. Itulah sebenarnya yang menyebabkan keberkahan karena akan terjadi keragaman profesi di masyarakat. Tentu sangat tidak enak kalau semua orang menjadi insinyur atau dokter atau pedagang. Dengan perbedaan profesi ini, maka akan terbentuk masyarakat yang bisa saling menutupi keperluan yang satu dengan yang lainnya. Hanya tahap pendidikan selanjutnya adalah masing-masing orang harus mengerti bagaimana Islam mengatur profesinya. Sehingga bila ada yang potensinya ke teknokrat, maka bagaimana menjadi teknokrat Islam, menjadi dokter Islam, menjadi pedagang Islami, menjadi juru masak Islami, menjadi seniman Islami. Ini yang harus dipelajari. Seorang dokter misalnya, harus tahu hukum keharaman memanfaatkan benda-benda najis dan haram, hukum euthanasia, hukum aborsi, hukum cangkok organ tubuh, dll
Bagaimana arah pendidikan dalam Islam terkait dengan potensi-potensi anak ini?
Islam mengarahkan kaum muslimin untuk menjadi ulil albab. Lillaahi maa fissamaawaati wa maa fil ardh. Wakhtilaafil laili wan nahaar, la aayaati li ulil albab….
Yang dimaksud ulil alabab adalah orang-orang yang berfikir. Yang memahami bahww Allah SWT Sang Pencipta alam smeesta. Manusia dan kehidupan. Allah SWT menciptakan segala seuatu tidak sia-sia. Dorongan untuk memikirkan alam semesta ini adalah karena mereka hamba Allah yang bertaqwa. Menelaah ciptaan-ciptaan Allah agar membawa manfaat bagi manusia dan kehidupan adalah ciri-ciri ulil albab. Sehingga penguasaan seorang muslim sebagai ulil albab adalah memahami hukum-hukum Allah SWT yang bersumber utama dari al Qur’an dan as Sunna sebagai penuntun kehidupan mereka. Selanjutnya memanfaatkan kekayaan alam yang Allah ciptakan ini agar bisa menyelesaikan keperluan kebutuhan manusia secara benar, baik, dan barakah.[]