Rubrik: Homeschooling | Narasumber: Ir. Lathifah Musa | Tema: MENANAMKAN DISPLIN PADA ANAK
Binatang yang cerdik katanya kancil
Tapi sayangnya sering tak mau diatur
Ajarilah anak disiplin sejak kecil
Karena disiplin akan membantunya hidup dengan tertib dan teratur
Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul
MENANAMKAN DISIPLIN PADA ANAK
Ustadzah, anak-anak sering susah disuruh mandi. Kalau pagi-pagi menjelang berangkat sekolah, biasanya ibu-ibu menjadi orang yang paling cerewet sedunia. Mulai dari membangunkan anak, menyuruh sholat, mandi, sarapan sampai berangkat. Apa benar semua ibu seperti ini?
Saya lihat umumnya begitu. Apalagi kalau anak-anak sudah masuk SD. Hal-hal yang bikin tegang biasanya ketika sudah masuk SD. Harus berangkat pagi, masuk pagi, dengan seragam, dengan PR dan lain-lain. Apalagi kalau anak antar-jemput dengan mobil sekolah. Wah ibu-ibu biasanya ribut, karena khawatir anak telat dan ditinggal jemputannya. Beda kalau anak masih playgroup atau TK. Kalau dia susah bangun, orang tua sering mentoleransi untuk tidak usah berangkat dulu. Atau terlambat masuk juga tidak masalah. Anak-anak balita biasanya masih menggemaskan, jadi orang tua, khususnya ibu biasanya memanjakan
Bagaimana caranya agar anak bisa terlatih disiplin dan mandiri?
Yang paling mudah adalah melatih dan mengkondisikan anak untuk disiplin sejak kecil. Banyak sekali manfaatnya: yaitu anak akan mudah disiplin ketika besar dan hidupnya akan lebih teratur dan menyenangkan. Memang tidak mudah melatih disiplin anak sejak kecil. Tapi sebenarnya, dengan jadwal makan, jadwal mandi, jadwal tidur. Jadwal ibu sholat, jadwal ibu membaca al Qur’an, maka anak akan mulai terlatih.
Ada yang bilang melatih disiplin itu akan membebani anak, jadi sebenarnya anak kecil jangan terlalu diatur dulu, biarkan ia berkembang bebas terlebih dahulu tanpa aturan atau kekangan?
Itu cara pandang yang salah. Kalau ibu-ibu punya prinsip membiarkan anak berkembang bebas di waktu kecil/batita/balita, maka umumnya ibu-ibu sendiri yang akan menderita ketika ternyata tiba-tiba ibu-ibu menyadari anaknya sudah besar. Disuruh sholat susah, disuruh meutup aurat susah, disuruh mandi susah. Kalau sudah main PS tidak peduli lagi dengan lingkungan, akhirnya nanti yang menderita orang tua juga. Di sinilah sebenarnya proses belajar disiplin harus mulai sejak kecil. Ibaratnya, akan seperti mengukir di atas batu. Lebih jelas, lebih awet, lebih bagus. Berbeda kalau dewasa, seperti mengukir di atas air. Berat dan sulit bahkan tidak pernah jadi. Jadi pandangan bahwa disiplin itu menyengsarakan anak, itu harus diubah. Displin justru akan membuat anak lebih bahagia, karena tidak kesulitan mengatur hidupnya sendiri. Dan yang terpenting, mengajarkan disiplin pada anak bukan seperti mengajarkan disiplin kepada tentara. Tidak dengan otoriter dan kekarasan. Mengajarkan disiplin kepada anak dengan lemah lembut dan kasih sayang. Di sinilah para ibu harus tahu ilmunya.
Bagaimana teknis mengajarkan disiplin kepada anak?
Yang harus dilakukan orang tua adalah irama hidup sebagai seorang muslim. Yaitu melakukan aktivitas sebagai seorang muslim. Menjalankan kewajiban dan meninggalkan keharaman. Sebagai contoh, bangun tidur membaca doa: alhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba’da maa amaatana wa ilaihinnusyuur. Kalau sejak bayi ibu membiasakan, insya Allah anak akan terbiasa. Kemudian ketika dia sudah mulai bisa BAB, BAK, makan sendiri, minum sendiri, pakai baju dan celana sendiri, maka ritme keteraturannya ditambah. Misalnya, bangun tidur, baca doa, masuk kamar mandi BAK agar tidak ngompol, lalu wudhu dan sholat shubuh. Ini sudah bisa dilakukan secara teratur ketika anak berusia 4 tahun. Mungkin terkadang dia telat bangun, tidak apa-apa ibu harus tetap menemaninya, dan memintanya untuk melakukan kebiasaan itu. Kemudian ketika sholat, sholatnya juga masih belum teratur, tengok kanan kiri. Tidak apa tetap harus ditelatenkan agar dia sholat. Seseudah sholat berdoa, kemudian melipat sajadah, mukena, atau sarung. Sesudah itu bisa membaca hafalan al-qur’an, mandi dan sarapan. Atau sebelum mandi boleh olah raga dulu. Misalnya bermain sebentar di luar, main bola atau main sepeda. Yang terpenting dan tidak boleh diubah, ya dia bangun tidur, berdoa, masuk kamar mandi, BAK, wudhu, sholat subuh. Demikian juga nanti ketika siang. Mendengar azan, wudhu, sholat. Kalau anak laki-laki biasakan sholat di masjid. Kemudian kalau jumat, sebelum azan jumatan, sudah siap-siap. Mandi berpakaian bersih. Selanjutnya disiplin makan teratur,mandi teratur dan tidur teratur. Membereskan mainan, membereskan tempat tidur, menaruh baju kotor di tempatnya, menyingkirkan pirng kotor sesudah dia makan. Ini semua perlu latihan kedisiplinan.
Sepertinya enak sekali kalau anak sudah disiplin dan teratur. Tapi bagaimana caranya melatih ketika kecil, itu memerlukan kesabaran. Apakah Islam memberi tuntunan?
Islam memberi tuntunan agar melatih dan mengajarkan anak untuk disiplin sehingga nanti dia siap melakukan kewajibannya tanpa berat. Mislanya Islam menyurh orang tua mengajarkan anak sholat pada usia 7 tahun dan memukul bila ia tidak mau sholat pada usia 10 tahun. Ini bentuk pendisiplinan. Bukan berarti anak baru disuruh sholat sejak umur 7 tahun. Tetapi proses pendidikan sejak usia dini. Hanya kurikulum untuk mengajarkan fiqh cara sholat yang benar adalah ketika 7 tahun. Sehingga di bawah usia itu wajar kalau dia masih belum sempurna. Tetapi harus sudah mulai dikenalkan dan dibiasakan. Batasan usia 7 tahun adalah usia paling lambat anak belajar sholat. Kemudian yang harus difahami orang tua adalah, anak belum sempurna akalnya. Maka wajar kalau mereka sering lupa. Orang tua harus mengulang-ulang pelajarannya.
Apa ada kiat khusus melatih kedisiplinan anak?
Prinsipnya dengan kasih sayang, bukan mengedepankan hukuman. Tetapi dalam pelaksanaan latihan disiplin ini ada penghargaan dan juga hukuman kalau melanggar. Misalnya penghargaan ketika hari itu anak sudah berhasil sholat semua waktu. Hukuman ketika masih tinggal. Tetapi pada anak kecil, hukumannya adalah tidak memberinya penghargaan. Jadi bukan hukuman fisik dijewer atau dipukul. Proses pembelajaran dan pembiasaan akan memudahkan anak untuk menjalankan kewajiban ketika baligh. Mislanya anak perempuan, dibisakan menutup aurat dan memakai jilbab dan khimar ketika keluar rumah. Ini akan memudahkan dia ketika baligh nanti. Otomatis sudah terbiasa menutup aurat dan berjilbab ketika keluar rumah. Tentu berbeda dengan anak yang tidak dibiasakan.
Kadang-kadang ada beda penanganan dari ayah dan ibu. Ayah melarang, ibu membolehkan. Bagaimana bila ada beda penanganan seperti ini?
Orang tua harus sama persepsinya dulu. Karena kalau ada perbedaan ini akan membingungkan anak. Target kedisiplinan tidak akan tercapai. Anak akan mencari figur yang dia anggap melindungi, mentoleransi dan membebaskas. Misalnya kalau ia minta sesuatu tidak boleh oleh ibu, maka ia lari ke ayah. Kalau ayah memberi, ini akan membuat anak kehilangan standar yang jelas.
Sebenarnya boleh tidak melarang ini dan itu tanpa penjelasan kepada anak?
Memang orang tua tidak boleh asal melarang atau menyuruh. Karena targetnya adalah mencerdaskan akal anak,maka orang tua harus memebrikan pemahaman. Misalnya mengapa dia tidak boleh nonton TV lama, itu harus dijelaskan alasannya. Mislanya merusak mata, mengganggu perkembangan kecerdasan, tayangan yang tidak bagus karena mengajarkan hal yang salah. Misalnya mengapa tidak boleh menonton scooby doo, karena cenderung menakut-nakuti dengan hantu-hantuan. Atau film-film seperti casper, tukang sihir dll. Ini harus dijelaskan ke anak agar anak faham.[]