Rubrik: Homeschooling | Narasumber: Ir. Lathifah Musa | Tema: MEMBANGUN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI
Burung elang terbang menembus mega.
Mencari makan turun ke darat.
Anak kita adalah anugrah berharga.
Jadikan ia asset pahala di akhirat.
Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul Membangun Kecerdasan Anak Sejak Dini.
Ustadzah, ngomong-ngomong soal kecerdasan. Sekarang ini banyak sekali teori tentang kecerdasan. Mulai dari IQ (Intelegensia Quotient), EQ (Emosional Quotient), SQ (Spiritual Quotient), bahkan ada juga yang menyebut PQ (Political Quotient) mengingat krisis kepemimpinan politik kita. SEbenarnya bagaimana sih memahami teori kecerdasan?
Berbagai teori adalah untuk mengukur standar kecerdasan sesuai kriteria yang diinginkan. Dulu orang mengukur kecerdasan dengan IQ, tertapi ternyata tidak semua yang ber-IQ tinggi sukses dalam hidupnya, khususnya ketika menjalin relasi social dengan orang lain. Kemudian berkembang teori EQ. Ternyata ini pun tidak cukup, terkait dengan pentingnya factor spiritual pada manusia yang menentukan oriantasi kehidupannya. Bahkan untuk menghadapi kehidupan rumit seperti sekarang ini, orang perlu pintar berbagai hal, sehingga dikembangkan teori multi talenta. Teori-teori ini dalam rangka memudahkan orang membaca fakta manusia. Termasuk istilah terakhir dalam urusan politik tadi.
Bagaimana menurut perspektif Islam?
Manusia hidup untuk menyelesaikan masalahnya. Masalahnya terkait dengan pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri. Kebutuhan jasmani terdiri dari tuntutan kebutuhan fisik agar manusia bisa hidup. Kebutuhan naluri terbagi menjadi tiga. Naluri tadayyun (menghamba kepada sesuatu yang Agung), Naluri baqa’ (eksistensi diri) dan naluri nau (melestarikan jenis). Ketika kebutuhan jasmani tidak terpenuhi maka bisa membawa pada kematian, Ketika naluri tidak terpenuhi bisa membawa kepada kegelisahan tetapi tidak sampai mati. Manusia memiliki semua komponen potensi ini. Namun pada manusia Allah SWT memberikan potensi yang lebih yaitu akal. Akal ini adalah potensi untuk berpikir. Allah SWT tidak menciptakan akal selain untuk manusia. Allah SWT tidak ciptakan untuk makhluk yang lain, bahkan malaikat. Dengan potensi akal inilah manusia dikatakan makhluk Allah yang paling sempurna. Bahkan dengan penciptaan ini, Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menyembah, dalam rangka penghormatan. Yaitu ketika Allah SWT menciptakan Adam dan membuktikan bahwa Adam adalah makhlukNya yang sempurna. Saat itu seluruh malaikat bersujud, kecuali Iblis. Sehingga selanjutnya Iblis menjadi makhluk terlaknat. Kita bisa menelusuri, mencermati dan memahami apa itu akal sebagaimana yang disampaikan al Qur’an khususnya dalam peristiwa ini. QS al Baqarah: 31. Dari sinilah dikatakan bahwa akal itu sama dengan kecerdasan. Sehingga teori kecerdasan mengacu pada bagaimana akal seharusnya bekerja.
Bisa dijelaskan nash-nash yang menggambarkan tentang akal ini?
Dalam QS al Baqarah 31, Allah SWT berfirman: wa’allama aadama al-asmaa-a kullahaa tsumma ‘aradhahum ‘alaa almalaa-ikati faqaala anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i in kuntum shaadiqiina
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Bagaimana cara mencerdaskan akal?
Dengan mengoptimalkan seluruh potensinya. Mulai dari panca indera, fakta (dengan selalu mencermati dan memantau fakta), otaknya sebagai hardware dan informasi (dengan mencari ilmu dan memantau berita). Kemudian senantiasa mengulang-ngulang proses berfikir. Karena tabiat akal adalah belajar. Semakin diasah semakin tajam
Bagaimana mengukur kecerdasan seseorang?
Dari kemampuannya menghasilkan solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup manusia. Persoalan hidup manusia adalah bagaimana memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri.[]
mngapa di zaman modern ini umat islam g da gaungnya sama skl… knp umat islam saat ini tdk sprti umat2 trdahulu???