Memahami Tumbuh Kembang Anak

Piknik liburan sekolah enaknya ke desa

Anak gembala kerbau melantunkan tembang

Jangan samakan anak dengan manusia dewasa

Mereka manusia muda yang sedang bertumbuh dan berkembang

Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.

Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul

MEMAHAMI TUMBUH KEMBANG ANAK

Seringkali persoalan dalam dunia pendidikan adalah salah perlakuan, mengapa hal ini bisa terjadi ustadzah?

Memang benar, salah satu kesalahan dalam dunia pendidikan, khususnya anak usia dini adalah salah perlakuan. Anak kecil diperlakukan seperti anak besar. Sementara anak-anak besar diperlakukan seperti balita. Akhirnya salah satu target pendidikan yang bertujuan menata tumbuh kembang anak, tidak bisa berlangsung secara baik. Termasuk ketika penyusunan kurikulum. Keinginan untuk mencapai target secara cepat justru membuat optimalisasi potensi dasar pada anak berlangsung secara tidak optimal. Barangkali awalnya anak terlihat mengalami perkembangan di satu sisi, tetapi sebenarnya ada potensi lain yang terabaikan. Sebagai contoh. Anak kelas satu SD diharapkan sudah bisa membaca. Bahkan soal-soal yang diberikan kepada mereka berbentuk kalimat-kalimat panjang. Soal-soal ini yang akan menetukan apakah nanti anak akan naik ke kelas dua atau tidak. Untuk mengejar target ini, akhirnya orang tua dan guru menggenjot belajar membaca pada tingkat Taman-kanak-kanak. Bahkan playgroup. Sementara seharusnya potensi tumbuh kembang panca indera yang diotimalkan daya serapnya terabaikan di usia TK. Anak dilatih untuk menggunakan akalnya untuk membaca. Padahal membaca itu tahapan yang lebih rumit karena melibatkan kemampuan mengikat fakta dengan informasi. Seharusnya pada tahapan TK, anak lebih mengoptmalkan kemampuan menyerap informasi sebanyak-banyaknya dulu melalui panca indera. Apalagi ada metode mengajar anak bisa membaca di usia tiga tahun. Ini sebenarnya belum saatnya. Biarkan saja ketika memang dia sudah memliki kemampuan untuk menangkap huruf dan kata, etatpi jangan berikan dia kurikulum membaca.

Bagaimana seharusnya menerapkan pendidikan pada anak?

Kita perlu memahami tahapan tumbuh kembang anak. Dalam hal ini sangat memperhatikan factor usia. Anak mengalami pertumbuhan secara akal dan naluri. Dalam proses pendidikan, karena filosofisnya adalah mencerdaskan akal, maka perlu diperhatikan bagaimana perkembangan akal pada anak. Dan karena secara usia juga terjadi perkembangan naluri sehingga kebutuhan dalam pemenuhannya juga berbeda, maka ini terkait dengan bagaimana perlakuan terhadap anak dalam proses belajar ini. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan akal pada anak terbagi menjadi 4 bagian. Hingga usia 6 bulan, kemampuan akal tumbuh sekitar 50%. Ini masa yang luar biasa cepat dalam proses tumbuh kembang. Kalau memang saat ini, nutrisi anak hanya ASI, maka berarti makanannya betul-betul eksklusif yang teristimewa. Dalam pertumbuhan yang 50% ini, makanya sayang kalau pemberian ASInya tidak dioptimalkan. Susu formula sebaik dan semahal apapun tidak bisa memberikan nutrisi terbaik untuk tumbuh kembang anak dibandingkan ASI. Makanya sayang bila ibu-ibu karir baik eksekutif perkantoran atau dosen memberikan susu formula kepada anaknya. Ini berarti mengurangi kekuatan dan potensi generasi mereka sendiri.  Kemudian tahap kedua adalah hingga anak berusia 2 tahun. Akalnya tumbuh dan berkembang hingga mencapai 75%. Jadi selama satu setengah tahun berkembang sebanyak 25%. Ini juga periode yang termasuk emas. Pada saat ini anak hendaknya diberikan stimulasi yang merangsang perkembangan otak dan panca inderanya. Dia harus melatih motorik sebanyaknya yang bertujuan merangsang pertumbuhan sel syaraf dan otak. Anak harus belajar menggunakan seluruh panca inderanya secara baik. Pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan rasa. Komponen-komponen berfikirnya harus dirangsang untuk tumbuh dulu. Ketika usia ini dilatih membaca, berarti hanya dengan kemampuan yang ada dia sudah harus bekerja untuk merabith(mengikat). Energinya untuk tumbuhnya teralihkan. Kemudian hingga usia 5 tahun potensinya berkembang 90%. Ini kategori yang masih cukup besar untuk merangsang potensi akal. Taman kanak-kanak dikatakan taman karena proses belajarnya adalah bermain. Kemudian hingga usia 9 tahun potensinya berkembang sampai 99%. Jadi 9% saja dibandingkan sebelumnya. Tapi ini maish kategori tumbuh. Dengan memahami faktor usia inilah kita bisa menerapkan pendidikan dengan kurikulum dan metode yang tepat.

Kalau tadi perhatian lebih dikaitkan dengan pertumbuhan otak, bagaimana dengan naluri? Apakah memiliki peran pada kurikulum dan metode pendidikan?

Ya, pendidikan juga harus memperhatikan aspek naluri. Dan jangan salah dalam menerapkan naluri ini. Pada usia hingga 6 bulan anak membutuhkan ungkapan kasih sayang yang besar, kelembutan dan kenyamanan. Sehingga pelukan, buaian, elusan pada kepala, kulitnya adalah hal yang diperlukan oleh anak untuk menentramkan emosinya. Pada saat emosinya baik, tumbuh kembang akal akan berlangsung optimal. Pada usia kategori bayi ini, sangat baik memeluk anak, mencium anak, mengelus kepala anak, dan ini sangat berpengaruh pada kecerdasannya. Islam sendiri mengajarkan kita bahwa kepada anak yatim disunnahkan kita untuk mengelus kepalanya. Karena mereka tidak punya orang tua lagi dan berarti minim kasih sayang. Tetapi ketika setiap muslim dewasa memahami tuntunan Islam ini, diharapkan anak-anak yatim dan piatu pun juga mendapatkan kasih sayang. Kemudian hingga usia 2 tahun, anak sangat memerlukan kasih sayang. Isla menganjurkan penyusuan itu disempurnakan hingga usia 2 tahun. Karena dalam proses penyusuan, seorang ibu itu tidak hanya memberikan air susunya, tetapi juga mendekapnya, memeluknya, mengelusnya bahkan menciuminya. Sangat luar biasa kalau setiap muslimah menerapkan ini. Anak yang mendapatkan air susu eksklusif memiliki keistimewaan daripada yang hanya mendapat susu formula. Anak yang disusui selama 2 tahun juga akan lebih baik lagi. Jadi sayang kalau seorang muslimah meninggalkan menyusui anaknya hanya untuk berkarir. Seumur hidup keistimewaan ini baik dari sisi hasilnya terhadap generasi atau pahala bagi muslimah itu sendiri tidak akan tergantikan.

Ketika sampai usia 2 tahun, anak masih menyusui berarti proses pelukan, perhatian yang lebih masih sangat besar, bagaimana pada usia selanjutnya? Seringkali usia 2 tahun sudah mulai masuk playgroup.

Usia 2 tahun hingga 5 tahun anak mulai belajar bagaimana mandiri, secara bertahap sesuai perkembangan usianya. Tentu dia tidak akan diperlakukan lagi seperti bayi. Dia mulai belajar makan sendiri. Bagaimana BAK dan BAB. Belajar tidak menggunakan pampers, sehingga mulai belajar berkomunikasi secara baik ketika menginginkan sesuatu. Belajar tidak ngompol lagi, belajar berbagi dengan temannya, dan belajar hal-hal yang sederhana. Tetapi memang pendidik masih bersifat sebagai pengasuh, karena memang anak masih memerlukan pelayanan. Masuk play group juga sebenarnya mengacu pada target pembelajaran ini. Dalam berkomunikasi, yang ditargetkan juga adalah terjadi transfer pemikiran secara baik. Sehingga satu bahasa adalah yang paling efektif untuk membangun kemampuan berpikir yang baik. Kalau anak belajar bilingual, sementara untuk berkomunikasi dengan sebuah bahasa saja masih sulit, memang akhirnya target peningkatan level berfikirnya juga tidak optimal. Dengan demikian orang tua harus memahami betul apa targetnya memasukkan anak ke playgroup atau TK. Sebenarnya itu adalah sarana untuk mengasah naluri agar bekembang secara baik dalam kehidupan sosialnya.

Bagaimana dengan usia SD?

Yang terbaik memang masuk SD usia sekitar 7 tahun. Karena dia sudah mencapai tamyiz dan pendidikannya adalah menyiapkan untuk menjadi manusia dewasa ketika baligh. Pada usia SD ini anak sudah siap mandiri terhadap kebutuhan pokoknya (makan sendiri, mandi sendiri, menyiapkan pakaian sendiri dll) kemudian dia sudah mulai diajarkan kewajiban-kewajibannya sebagai manusia dewasa. Seperti sholat, puasa, dll. Agar ketika dia dewasa, maka ia sudah bisa menjalankan seluruh kewajibannya secara baik.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *