PYB, Belum lama ini kita mendengar istilah flu burung yang menghebohkan dunia. Saat ini kita dikejutkan oleh istilah flu babi. Bahkan belum sampai dua minggu berita flu babi ini menghiasi media massa, korban yang jatuh sudah mencapai lebih dari 100 orang meningal dunia. Organisasi kesehatan dunia pun menaikkan level peringatan bahaya menjadi hal yang sangat berbahaya. Ada hal yang cukup menjadi perhatian bagi kita sebagai bagian dari kaum muslimin dunia terkait dengan flu babi ini. Apa dan mengapa? Yang jelas tema ini menjadi pilihan penting editorial bulan ini. Kita membahasnya bersama Ustzh. Ir Lathifah Musa. Beliau adalah Pemimpin Redaksi Majalah Udara Voice Of Islam.
Tapi sebelumnya saya akan berpantun dulu:
Matahari terbit Kegelapan pun akan Sirna
Cahayanya menghangatkan manusia
Islam adalah Agama yang Sempurna
Penerapannya akan membawa Rahmat bagi Dunia
Ustadzah, soal flu babi bisa digambarkan kondisi terakhir penyakit ini?
Flu babi mulai merebak pertama kali di Meksiko. Sejak bulan Maret sudah 100 lebih orang meninggal dunia. Menyikapi kejadian yang begitu cepat ini maka Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan potensi besar pandemic flu babi ini. Masalahnya saat ini ada mobilitas atau perpindahan orang antarnegara dan produk-produk pertanian/peternakan secara internasional, sehingga memungkinkan perpindahan virus ini secara cepat.
Dulu pernah berkembang flu burung yang menyerang manusia, sekarang babi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Sebenarnya dulu masih ada hal yang aneh tentang penyebaran virus flu burung yang tiba-tiba ini. Mengapa dan dari mana, sebenarnya para ahli medis tidak menemukan kemungkinan terjadinya penularan flu dari burung ke manusia. Tapi yang jelas saat itu korbannya, selain para penderita flu burung adalah juga peternak unggas. Karena terjadi pembantaian besar-besaran unggas. Namun yang dahulu itu tidak terekspos adalah bahwa penularan flu burung ini ke manusia adalah melalui media tubuh babi. Nah kalau saat ini berkembang flu babi, itu tidak aneh, karena penelitian terhadap flu burung dahulu juga mengarah ke babi sebagai medium antara penularan kepada manusia.
Soal bagi sendiri, bagaimana penjelasannya bahwa babi menjadi tempat yang baik bagi berkembangnya virus yang berbahaya ini?
Para peneliti saat ini berjuang keras untuk meneliti karakter virus yang menyerang manusia dalam pandemic terakhir dunia saat ini. Secara umum babi merupakan tempat bertemunya berbagai jenis virus, baik yang mneyerang babi itu sendiri, unggas atau manusia. Istilah politiknya, babi memungkinkan terjadinya koalisi sempurna diantara berbagai jenis virus flu. Hasilnya akan memunculkan virus baru yang mengandung material para pendukungnya dengan sifat yan baru. TUbuh babi menjadi wahana pencampur (mixing vessel) alias tempat koalisi berbagai jenis virus. Di dalam tubuh babi, virus flu dengan berbagai tipe dan subtype itu bisa bercampur dan menghasilkan “anak virus” dengan karakter yang baru. Proses ini memang hanya terjadi dalam tubuh babi. Termasuk pencampuran material genetic virus flu burung saat itu. Babi sendiri memiliki perangkat biologis yang memungkinkan pencampuran material genetic virus itu. Para peneliti sudah menelkiti apakah proses ini juga bisa terjadi pada hewan lain seperti kucing dan anjing? Ternyata sampai sekarang tidak ditemukan proses ini terjadi pada hewan selain babi. Proses infeksi virus pada babi memang bertahap. Berbagai virus, baik virus flu burung dan flu babi sendiri tertata ulang dalam tubuh babi, baru kemudian bisa menginfeksi manusia. Ketika sudah menginfeksi manusia pertama kali, terjadilah adaptasi virus ini di tubuh manusia, kemudia baru menular kepada manusia lain dengan kecepatan tinggi.
Bagaimana pandangan Islam sendiri terhadap babi?
Babi adalah binatang yang paling kotor, karena hidupnya selalu berada di lingkungan yang kotor, najis dan sarang penyakit. Kalau kita amati perilaku babi, maka babi gemar makan apa saja. Dia tertarik dan suka memakan bangkai tikus, bangkai ular bahkan kotoran hewan lain. Walaupun babi makan rumput dan dedaunan, tetap is juga sering makan bangkai dan kotoran-kotoran lain. Jadi memang esensinya/dzatnya babi adalah binatang yang menjijikkan dan tidak akan pernah disukai oleh manusia yang berperasaan sehat. Jadi adalah satu karunia yang sangat besar jika sejak dahulu Allah SWT mengharamkan manusia makan babi dan memanfaatkan lemaknya untuk berbagai keperluan. Allah SWT tidak menciptakan babi sebagai sumber makanan bagi manusia. Terlepas dari berbagai peneliatian kemudian yang ditemukan mendapati banyaknya manfaat pada babi, baik tulangnya untuk gelatin, taringnya untuk pengobatan atau apapun yang lainnya, tetapi AllagH SWT telah melarang manusia untuk memanfaatkan bahkan mendekati babi.
Bagaimana hukumnya memanfaatkan babi?
Allah SWT telah tegas mengharamkan babi. Sebagaimana dalam QS al Maidah: 3 ” Diharamkan atas kalian makan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah…”
Pengharaman ini sekaligus juga pengharaman untuk beternak babi dan menggembalakannya. Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, beliau telah mengirimkan surat kepada penguasa-penguasa daerah agar jangan mendekati babi… Bahkan Khalifah Umar memerintahkan untuk membunuh babi di mana saja ditemukan, baik di gurun sahara, dalam perkampungan muslim dan dalam perkampungan non muslim. Bila babi saat itu diternakkan oleh orang non muslim, maka khalifah atas nama negara mengganti biaya babi-babi tersebut kemudian membunuhnya. Dan ini dilakukan oleh kaum muslimin dalam sejarah penerapan Islam. Dengan demikian tidak pernah ada babi dalam komunitas kaum muslimin. Dan kita bisa menyaksikan saat ini bahwa flu babi itu merambah negeri-negeri yang mereka itu memang mengonsumsi bagi. Ketika kemudian juga diekspose oleh media massa bahwa di timur tengah sudah masuk flu babi, ternyata kemudian itu adalah negara Israel. Kalau Israel jelas bukan negeri muslim. Saat ini Israel sudah jatuh beberapa korban flu babi.
Ada kalangan, termasuk kalangan muslim yang membela hak asasi babi. Bagaimana menyikapi ini?
Memang Allah SWT tidak menciptakan segala sesuatu itu sia-sia. Tetapi ketika Allah SWT mengharamkan sesuatu maka bagi manusia, ia harus meninggalkannya agar selamat. Kalau orang masih berdalih membela hak asasi babi, maka berarti ia lebih meninggikan hak asasi babi daripada hak asasi manusia. Dia lebih suka manusia mati daripada babi yang mati. Jelas ini manusia aneh. Harus dipertanyakan apakah dia manusia atau bukan. Anehnya ketika terjadi pembantaian unggas, mengapa dia tidak membela hak asasi unggas juga? Ketika sudah jelas bahwa babi adalah sumber virus yang berbahaya, baik flu burung ataupun flu-flu yang lain, karena proses ini terjadi pada tubuh babi, maka menghilangkan babi adalah solusi yang paling logis.[]