Berkebun buah sangat menyenangkan pemiliknya
Apalagi kalau buahnya lebat dan enak sekali
Orang tua adalah penanggung jawab pertama dan utama anak-anaknya
Maka jangan biarkan anak-anak lepas kendali
Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.
Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul
JANGAN SAMPAI ANAK LEPAS KENDALI
Ustadzah, ada anak-anak yang sepertinya sulit terkendali. Mulai dari suka memukul anak lain, menggigit, mencakar, merebut mainan anak lain bahkan mengganggu dan merusak. Bagaimana dengan fenomena ini?
Yang harus kita fahami adalah anak kecil secara potensi adalah sebagaimana manusia dewasa. Hanya akalnya belum tumbuh sempurna. Nalurinya juga sedang berkembang. Karena kondisi inilah maka anak belum bisa mengontrol nalurinya dengan akalnya sendiri. Anak marah, itu karena ada naluri eksistensi dirinya yang terancam atau terusik. Pada anak tertentu ia sulit mengendalikan naluri. Disinilah ibu atau orang tua harus meredakan emosinya. Secara umum anak-anak sangat memerlukan kasih sayang Anak kecil, ia memerlukan pelukan seorang ibu untuk meredakan kesedihannya. Kepala dan punggung diusap agar menjadi tenang. Jadi kalau bayi itu digendong, dipeluk dan dicium, itu memang sudah menjadi kebutuhannya dan sudah haknya. Pada batas usia tertentu, misalnya ia menghindar dipeluk karena lebih suka bermain, maka berarti kebutuhannya untuk disayang atau dipeluk sudah mulai berkurang. Kemandiriannya secara emosi sudah mulai tumbuh.
Anak sangat mudah belajar dari lingkungannya. Dari apa yang dilakukan oleh orang dewasa yang dekat dengannya. Kalau anak suka dipukul maka dia juga suka memukul. Anak pernah digigit maka dia akan menggigit demikian juga mencakar, merebut mainan dan merusak. Untuk merusak harus dilihat apakah merusak ini karena dia memang suka mengeksplor mainan untuk mengenal lebih dekat, seperti seorang mekanik, kemudian mencoba menyusunnya kembali tapi tidak berhasil, atau sekedar membanting hingga rusak. Maka ini berbeda. Untuk anak yang potensi mengeksplornya tinggi, ini sangat baik, orang tua bisa memberinya mainan yang bisa dibongkar pasang. Sementara yang sekedar merusak, maka harus diarahkan. Untuk itu memang orang tua harus mengevaluasi diri apakah ada perbuatannya yang kemudian ditiru oleh anak. Saya suka melihat ada orang tua yang gemas ke anak lalu menggigit anak. Maka wajar kalau kemudian anak juga suka menggigit anak lain ketika gemas.
Terkadang ada orang tua yang memang membebaskan anaknya sejak kecil. Ketika balita, bahkan menjelang dewasa anaknya sulit dikendalikan?
Ada orang tua yang saking sayangnya ke anak akhirnya membebaskan anak berbuat apa saja. Ketika ngamuk dibiarkan tidak diatasi, ketika merusak juga dibiarkan tidak ditangani, ketika menangis berlebihan juga tidak dilihat keperluan sebenarnya apa. Dalam memberikan solusi orang tua juga tidak boleh sekedar memenuhi maunya anak, tetapi harus memberikan pemahaman-pemahaman dengan komunikasi yang tepat kepada anak sesuai usia. Misalnya ketika anak dipeluk untuk diredakan tangisnya maka orangtua juga harus menjelaskan yang seharusnya bagaimana, kemudian mengarahkan ke perilaku yang tepat. Misalnya ketika anak marah, menangis tak terkendali kemudian merusak, mungkin saat itu anak perlu diredakan emosinya dengan dipeluk atau diusap punggungnya serta dibiarkan untuk menceritakan masalahnya, kemudian orang tua harus berempati kepada kondisi anak. Jangan sampai meremehkan masalah anak. Tetapi kemudian orang tua juga harus menjelaskan bahwa dia tidak boleh merusak. Dengan cara ini maka orang tua (1) paham karakter anaknya (2) Memahami kelebihan-kelebihan dan kekurangannya (3) Orang tua bisa mengendalikan anaknya (4) Bisa mencari cara yang tepat agar anak bisa mengendalikan dirinya. Lambat laun anak akan ada di bawah kendali orang tuanya. Saat itu orang tua akan mudah mengarahkannya dan membangun karakter yang baik.
Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dengan anak-anak yang sudah tidak terkendali? Kalau orang tua tidak berusaha menjadi orang yang mampu mengendalikan anaknya sejak usia dini, maka ia akan kesulitan ketika anaknya menjelang baligh. Anak cuek dengan orang tuanya, anak tidak peduli dengan pengarahan orang tuanya, anak akan semaunya sendiri (misalnya main PS tanpa henti, tidak mau sholat dll), anak juga tidak akan antusias dan menganggap penting kata-kata orang tuanya. Saat itulah memungkinkan terjadi konflik antara orang tua-anak. Atau orang tua merasa pasrah tidak bisa mengendalikan anaknya lagi. Makanya pendekatan orang tua kepada anak harus dimulai sejak bayi. Bagaimanapun sebenarnya anak sebelum masa penyapihan itu kan kemana-mana selalu dengan ibunya. Jadi cukup aneh juga kalau ibunya tidak bisa mengendalikan anaknya.
Bagaimana orang tua menyiapkan agar anak bisa menjadi anak yang taat dan patuh pada orang tuanya?
Dengan menjadikan kita sebagai orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak-anak. Semua itu semata-mata karena anak adalah amanah dari Allah SWT. Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka. Yang bahan bakarnya dari manusia dan batu. (at Tahrim)
Kemudian anak adalah aset pahal bagi orang tuanya. Kalau kita mendidiknya dengan baik, maka anak anak menjadi pemudah jalan untuk menuju surga.
Untuk bisa mendidik anak menjadi anak yang sholeh, orang tua harus tahu ilmunya. Harus memiliki bekal untuk mendidik anak. Orang tua harus memberi keteladanan yang baik pada anak. Intinya orang tua harus menempa dirinya agar menjadi baik juga. Sehingga ketika anak diminta untuk berbuat kebaikan, maka tidak sulit karena orangtuanya sudah memberi contoh yang baik. Kemudian anak harus ditanamkan sejak kecil untuk berbuat baik kepada orang tua. Menanamkan nash-nash al Qur’an dan hadits yang mengajarka kewajiban berbuat baik kepada ibu dan bapak. Misalnya dalam QS Luqman atau al Isro: 23[]