Agar Anak Suka Bersedekah

Taman kota dihiasi mewar, melati dan kana

Alangkah nyaman melepas lelah

Harta di dunia adalah fana

Maka jadikan sedekah untuk menyimpan pahala

Oke PYB, jumpa lagi dengan …..dalam rubric HOME SCHOOLING. Home schooling kami hadirkan sebagai alternative pendidikan berkualitas dalam keluarga kita di tengah arus liberalisasi dan kapitalisasi yang semakin merusak dan mematerialistiskan dunia pendidikan.

Dalam rubric ini kita akan masih akan berbincang-bincang dengan Ustzh Ir Lathifah Musa. Beliau selain merupakan pemimpin redaksi majalah udara VOI, konsultan klinik anak muda, ternyata juga menjadi pengamat dunia anak, penulis buku-buku pendidikan anak usia dini dan sekaligus juga seorang praktisi Homeschooling dalam keluarga. Tema kita berjudul

AGAR ANAK SUKA BERSEDEKAH

Ustadzah,  bagaimana mengajarkan sedekah pada anak?

Awal mengajarkan anak bersedekah, khususnya anak usia dini adalah dengan keteladanan. Anak diajarkan untuk bisa bersedekah kepada fakir miskin. Orang tua yang mengajari anak, dan cukup mengatakan ini sedekah. Karena mungkin anak kecil belum tahu apa makna sedekah lebih dalam. Ia hanya tahu kalau ada peminta-minta maka orang tuanya memberikan uang misalnya 500 atau 1000. Sedikit-sedikit ketika anak sudah mulai isa diajarkan berkomunikasi, maka kita mengenalkan makna sedekah. Bahwa Nabi Saw mengajarkan kita untuk bersedekah, bahwa sedekah itu berpahala dan Allah mencintai orang-orang yang bersedekah. Orang yang bersedekah akan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda di akhirat. Akhirnya anak akan mengenal kebiasaan bersedekah dan tidak pelit atau sulit menyedekahkan sebagian hartanya. Kalau ia punya uang jajan, ia tidak sulit menyedekahkan uang jajannya. Kalau dia tidak punya uang kita juga bisa mengajarkan untuk mengatakan tidak, maaf pak/bu sedang tidak ada uang. Pada pendidikan prabaligh, usia SD kita sudah bisa mengenalkan lebih jauh tentang sedekah. Kita mengajarkan tentang Infaq. Bahwa ada infaq yang wajib dan ada infaq yang sunnah. Infaq wajib apa saja, diantaranya menafkahi keluarga dan berzakat, infaq yang sunnah adalah sedekah. Tetapi sedekah ini sudah menjadi kebiasaan baik yang mudah dilakukan seorang anak, karena dia sudah biasa melakukannya sejak kecil. Yaitu menjalankan sunnah bersedekah. Targetnya adalah ia menjadi orang yang mudah mengorbankan hartanya

Bagaimana bila anak sulit berbagi?

Kalaupun ada anak yang kategorinya sulit berbagi, maka dengan pengajaran bersedekah ini akan lebih cepat terindikasi. Misalnya, ketika dia tidak mau mengorbankan uang jajannya selain untuk jajan. Maka ini indikasi anak tidak mudah mengorbankan harta. Saya juga pernah meminta tolong seorang anak kecil memberikan sedekah kepada pengemis di luar, dia mengatakan yang 500 buat aku ya. Waktu itu sedekahnya 1000. Ini menunjukkan dia belum otomatis memberikan sedekah dengan mudah. Tapi insya Allah dengan pembiasaan yang baik dan runtin anak akan berubah. Kepada anak yang sulit mengorbankan harta kita bisa memberikan pemahaman bagaimana kelebihan-kelebihan orang yang suka bersedekah.

Pada anak-anak dengan rasa pemilikan tinggi, apakah mereka ini bisa diajarkan mudah bersedekah? Insya Allah bisa, asalkan orang tua intensif memperhatikan masalah ini. Saya pernah melihat seorang anak dengan rasa memiliki yang tinggi. Tetapi karena dia telah dibiasakan bersedekah,maka ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk bersedekah. Di sisi lain, ketika bukan sedang bersedekah maka dia sangat pandai menjaga dan mengembangkan hartanya. Sebenarnya ini sifat yang baik yang akan menguatkan seorang muslim. Ketika dia berbisnis, maka dia optimalkan kemampuannya untuk berbisnis. Mengembangkan harta dengan cara yang halal. Ketika ia bersedekah, maka ia tidak segan-segan mengorbankan hartanya dijalan kebaikan. Sebagaimana yang terjadi pada sahabat Abudrrahman bin Auf yang kaya raya karena pandai berdagang dan Allah melimpahinya kekayaan yang mengalir. Ia juga sangat banyak berinfaq, baik infaq yang wajib seperti zakat dan menafkahi kerabat atau infaq yang sunnah seperti sedekah.   Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Aisyah mendengar ada suara gaduh di madinah, sehingga bertanya ada apa ini? Orang-orang menjelaskan : Unta-unta Abdurrahman bin Auf baru datang dari syam dan membawa dagangannya. Dituturkan bahwa unta-unta tersebut sekitar tujuh ratus ekor. Madinah sangat ramai saat itu. Aisyah berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Aku melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan cara merangkak. Perkataannya itu sampai ke Abdurrahman. Ia berkata: Seandainya memungkinkan aku ingin masuk surga dengan berjalan. Setelah itu ia menginfaqkan seluruh hasil perdagangannya saat itu. Itu jumlah yang sangat besar. Selain Abdurrahman bin Auf, juga ada sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq dan Utsman bin Affan, para sahabat yang kaya raya tetapi sangat-sangat mudah bersedekah.

Seringkali sekarang peminta-minta itu terorganisir dan belum tentu mereka miskin, apakah ini tidak menghambat keinginan kita untuk bersedekah?

Sedekah adalah sedekah. Ketika ada orang meminta, maka kalau kita memberi itu berpahala. Kecuali bila secara zhahir kita tahu hasil sedekah itu akan digunakan untuk berbuat maksiat. Maka lebih baik tidak diberikan. Tetapi apapun yang kita berikan secara ikhlas akan berpahala. Dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan amalan kita. Untuk itu memang harus dipisahkan tentang bagaimana solusi terhadap orang yang suka meminta-minta karena terorganisir atau profesi dengan sedekah kita. Jangan sampai analisa-analisa kita yang bisa jadi sebagian hanya sumsi akan menghalangi kita berbuat baik. Kalaupun ketahuan bahwa ternyata mereka tidak miskin dan hanya sekedar meminta-minta untuk menumpuk kekayaan, maka sedekah kita yang ikhlas tidak akan sia-sia dan selanjutnya kita akan bisa bersedekah secara jelas kepada fakir miskin. Sementara di sis lain kita juga perlu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar kepada mereka yang mencari kekayaan dengan cara itu. Bisa menyampaikan kepada pemerintah atau para tokoh masyarakat yang bisa memberikan jalan keluar. Tetapi yang terbaik adalah terus menerus menegakkan dakwah utuk mengubah sistem yang kapitalistik seperti ini, karena hal tersebut juga bersumber dari kehidupan yang kapitalis dan sekularis. Dengan kehidupan Islam, insya Allah masalah-masalah semacam itu juga akan terselesaikan[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *