Masih Adakah Cinta?

Majalah Reader’s Diggest edisi Indonesia pada tahun lalu pernah menurunkan hasil survey perilaku berbagai bangsa di dunia. Salah satu hasilnya, Indonesia adalah bangsa dengan tingkat kesopanan tergolong rendah. Anda boleh protes, tapi marilah bercermin dengan jujur. Betapa bangsa ini telah mengalami pelunturan norma-norma yang luhur. Simaklah televisi berapa kali sehari ditayangkan berita kriminalitas? Simak juga kualitas kriminalitasnya, kian hari kian kejam. Kita pun jarang bertemu orang yang murah senyum. Di kota-kota besar, dengan tingkat kesibukan dan tekanan hidup yang tinggi, orang lalu lalang begitu saja nyaris tanpa ekspresi keramahan. Bahkan, kata ‘maaf’ pun jadi amat mahal diberikan ketika terjadi kesalahan.

Jangan tanya pula sikap pemerintah ketika mengurusi rakyatnya. Penggusuran adalah kebijakan mereka. Tanpa mau tahu di mana mereka akan tinggal dan bagaimana mereka hidup. Yang penting bagi mereka adalah ketertiban dan kelancaran.

Masyarakat memang butuh aturan, bahkan Allah pun memberikan syariatNya bagi umat muslim. Tapi semua harus dijalankan dengan penuh cinta dan kasih sayang, selain tentu landasannya iman. Bahkan dalam sanksi qishash sekalipun, Nabi saw. masih memberikan kesempatan pengampunan tanpa pemberian sanksi apapun.

Hidup akan terasa berat jika kasih sayang tercerabut dari lubuk hati. Jika pemimpin tak punya cinta, ia akan bengis pada rakyatnya. Jika suami tak punya lagi rasa cinta ia akan menelantarkan keluarganya, jika istri tak punya rasa cinta ia tak mau melayani suami dan mengurus anak-anaknya. Dan jika para dai tak punya rasa cinta ia hanya akan pandai ber-retorika tapi miskin budi. Ia hanya mau didengarkan tanpa mau mendengarkan. Kita berlindung kepada Allah dari terhapusnya cinta dalam nurani kita, sehingga kita hidup bak robot cerdas tapi tanpa ekspresi dan emosi.

“Apakah seseorang bisa menghindar dari cinta?” tanya orang-orang pada Abu Naufal. “Bisa!” jawabnya. “Yaitu orang yang hatinya keras dan bodoh, yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman.”

Ali bin Abdah berkata, “Tak mungkin seseorang bisa menghindar dari cinta, kecuali orang yang kasar perangainya, kurang waras atau tidak mempunyai gairah.” Kitakah itu gerangan? [januar]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *